Konsep Deep Learning Sebagai Sinergitas dan Penyempurnaan Kurikulum Merdeka

- Advertisement -

Hasil riset internasional di Rand Corporation (2022) mengungkapkan bahwa guru adalah profesi dengan tingkat stres yang lebih tinggi dibanding profesi lainnya. Riset itu mengemukakan ada tiga faktor yang menyebabkan profesi guru lebih besar mengalami stres, yaitu perkembangan teknologi, tingkah laku peserta didik, dan perubahan kurikulum. Secara historis, pendidikan di Indonesia sudah terjadi lebih dari 10 kali perubahan kurikulum. Hal ini terkait erat dengan perkembangan zaman mulai dari masa penjajahan, pasca kemerdekaan dan sampai saat ini.

Terkait dengan hal di atas, Prof. Abdul Mu’ti Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, saat menghadiri peluncuran Hari Guru Nasional 2024 di SDN 59 Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (1/11/2024) lalu, sempat menyebutkan akan menggagas kurikulum Deep Learning sebagai pengganti Kurikulum Merdeka Belajar yang diterapkan saat ini. Namun beliau menegaskan, Kemendikdasmen masih mengkaji kurikulum pendidikan yang akan diterapkan di Indonesia. Karena itu beliau juga memastikan Kemendikdasmen belum memutuskan untuk mengganti Kurikulum Merdeka Belajar yang diterapkan pada masa jabatan Mendikbudristek Nadiem Makarim.

Di sisi lain, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah juga menyatakan pihaknya akan mengkaji materi-materi, urutan, serta bobot untuk pembelajaran sehingga tidak membebani peserta didik dan guru. Selanjutnya di waktu yang berbeda beliau membantah Deep Learning dianggap sebagai sebuah kurikulum pendidikan. Terlepas apakah yang akan datang Deep Learning menjadi suatu kebijakan yang disyahkan pemerintah khususnya Kemendikdasmen atau tidak, yang jelas isu ini sudah banyak mengundang reaksi yang beragam dari kalangan guru dan para pengamat di bidang pendidikan. Ada yang berpendapat bahwa jika diterapkan dengan tepat, para peserta didik akan lebih memahami dan menguasai materi, sehingga akan relevan untuk zaman digital. Namun sebagian menanggapi ini sebagai beban baru bagi guru.

Pengertian dan Tujuan Deep Learning dalam Pendidikan

Jika kita merujuk pada kamus Cambridge, Deep Learning adalah cara untuk mempelajari sesuatu sehingga memahami sepenuhnya dan tidak akan melupakan pembelajaran tersebut. Selanjutnya, menurut Catherine McAuley College, Deep Learning membuat pelajar mampu berpikir kritis, komunikasi, serta bekerja dengan orang lain secara efektif di semua mata pelajaran. Istilah Deep Learning sendiri atau pembelajaran mendalam sebenarnya adalah pendekatan belajar untuk meningkatkan kapasitas peserta didik. Pembelajaran ini dapat membuat peserta didik bisa mengarahkan pengetahuan yang dipelajari untuk diaplikasikan ke situasi lain sebagai pembelajaran seumur hidup. Melalui pembelajaran ini, peserta didik akan meneliti fakta dan ide baru secara kritis serta melihat hubungan dan mengaitkannya ke dalam struktur kognitif sehingga akan membuat banyak kaitan antara ide yang satu dengan ide lainnya. Karakter pembelajaran Deep Learning ini fokus mencari konsep memecahkan masalah, menggabungkan berbagai modul belajar, aktif berinteraksi dan menerapkan pembelajaran ke kehidupan nyata.

deep learning menyenangkan
Deep Learning Menyenangkan | image by: pixabay.com (ArtsyBee)

 

Deep Learning memiliki tujuan yakni memberikan pengalaman belajar lebih bermakna dan menyenangkan bagi peserta didik. Studi yang dilakukan oleh Hattie & Donoghue (2016) menunjukkan bahwa pendekatan Deep Learning menghasilkan hasil akademis yang lebih baik dibandingkan surface learning, yang lebih berfokus pada hafalan. Melalui pendekatan ini, peserta didik diharapkan mampu menghadapi situasi kompleks yang membutuhkan pemikiran analitis dan kreatif. Jika mengacu pada hasil penelitian tersebut jelas ini sangat relevan dengan konsep Deep Learning yang diusulkan oleh Mendikdasmen yang menggabungkan tiga elemen utama, yaitu Mindfull Learning, Meaningfull Learning, dan Joyfull Learning. Mindfull Learning dimaksudkan agar guru menyadari bahwa keadaan peserta didik berbeda-beda, baik secara fisik maupun psikis, karena itu treatment yang dilakukan pun tidak mungkin sama. Dalam pendekatan ini, guru berperan sebagai fasilitator yang mengajak siswa untuk terlibat lebih dalam dengan materi yang diajarkan. Adapun Meaningfull Learning yakni pembelajaran harus mendorong peserta didik berpikir dan terlibat dalam proses belajar, karena itu guru harus menggunakan metode dan media pembelajaran yang bervariatif agar dapat mengakomodir semua gaya belajar peserta didik.

Dengan demikian, pembelajaran tidak hanya terlihat sebagai kewajiban, tetapi juga sebagai sesuatu yang relevan dan bermanfaat. Sementara Joyfull Learning merupakan pembelajaran yang mengedepankan kepuasan dan pemahaman mendalam peserta didik, karena itu guru tidak boleh mendominasi pembelajaran dan menjadi satu-satunya sumber belajar. Hal ini dapat dicapai melalui penggunaan media interaktif, permainan, dan aktivitas kreatif yang menjadikan proses belajar lebih menarik.

Pada Deep Learning, peserta didik yang menerapkannya akan memiliki rasa curiosity dan self-confident yang tinggi, terlibat secara mental, berpendidikan yang sesuai, serta fokus pada minat dan manajemen waktu yang baik. Sementara itu, guru dengan sistem Deep Learning akan melibatkan peserta didik dalam pembelajaran, mengkonstruk pengetahuan peserta didik, tidak menghukum kesalahan dan menghargai usaha peserta didik, serta bersikap adil dan transparan dalam penilaian. Contoh konkrit pembelajaran dengan pendekatan Deep Learning yakni peserta didik diajak menciptakan suatu karya sambil menghitung biaya pembuatan dan bahan-bahan yang diperlukan. Karya itu kemudian diterapkan ke kehidupan sehari-hari.

Kaitan Antara Deep Learning dan Kurikulum Merdeka dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran

Selanjutnya jika kita cermati dan analisis bahwa Kurikulum Merdeka dan Deep Learning, meskipun berbeda dalam konteksnya, memiliki tujuan yang sama yaitu menciptakan dan membangun pembelajaran yang lebih bermakna dan relevan dengan kehidupan peserta didik. Namun, keduanya memiliki pendekatan yang berbeda. Kurikulum Merdeka, fokus pada fleksibilitas dan otonomi sekolah dalam mengembangkan kurikulum. Memberikan kebebasan bagi guru untuk merumuskan materi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik, serta menekankan pada pengembangan karakter dan kompetensi abad 21, memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar secara aktif dan kolaboratif. Sedangkan Deep Learning, fokus pada pemahaman konsep yang mendalam dan bermakna. Menekankan pada proses berpikir kritis, analitis, dan kreatif.

Lebih dari itu, Deep Learning juga menghubungkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata serta memungkinkan peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Dari penjelasan tersebut ada persamaan yang substansi, diantarnya adalah keduanya menempatkan peserta didik sebagai student centre learning. Memberikan ruang untuk fleksibilitas dalam proses pembelajaran. Berusaha menghubungkan pembelajaran dengan kehidupan nyata dan mendorong peserta didik untuk belajar secara aktif.

Selanjutnya, Kurikulum Merdeka merupakan sebuah kebijakan pendidikan secara menyeluruh, lebih fokus pada struktur dan organisasi pembelajaran, sedangkan Deep Learning merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang lebih fokus pada proses pembelajaran itu sendiri. Kurikulum Merdeka memberikan otonomi dan kerangka kerja yang luas bagi sekolah untuk menerapkan pendekatan pembelajaran yang lebih fleksibel dan relevan. Karena itu, Deep Learning dapat menjadi salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang digunakan guru untuk mencapai tujuan Kurikulum Merdeka. Melalui Integrasi Kurikulum Merdeka dan Deep Learning dapat menciptakan sinergi yang kuat dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Kurikulum Merdeka memberikan kerangka yang fleksibel, sementara Deep Learning memberikan pedoman dalam mendesain pembelajaran yang mendalam dan bermakna.

Tidak hanya itu, Pendekatan pembelajaran Deep Learning sejalan dengan tuntutan dan pengembangan keterampilan Abad ke-21 yang mendukung pada terciptanya iklim belajar yang mampu mengoptimalkan kompetensi peserta didik dalam menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta berbagai fakta, konsep, prosedur, serta metakognisi pengetahuan yang dipelajarinya. Hal ini lah yang menjadi sebuah spektrum dari Kurikulum Merdeka. Karena itu tidaklah tepat jika sebagian orang mengatakan bahwa Deep Learning dianggap sebagai konsep kurikulum baru yang akan menggantikan Kurikulum Merdeka.

Penulis:
Prof. Dr. Amilda, M.A.,
Guru Besar Fakultas Ilmu Tarbiyah & Keguruan UIN Raden Fatah Palembang.

- Advertisement -
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Share post:

Radio Stream

Popular

More like this
Related

Potensi Ekonomi Digital Di Sumatera Selatan

Sumatera Selatan, sebuah provinsi yang kaya akan budaya dan...

Verified Account Meta, Bagaimana Membedakan Akun Resmi Dengan Akun Palsu?

Verified account adalah akun yang telah terverifikasi dengan penanda...

Meningkatkan Jumlah Iklan Di Website

Memperbanyak iklan yang masuk ke dalam website Anda melibatkan...

Hindari Hal Ini Agar Androidmu Lebih Awet

Di era digital saat ini, smartphone telah menjadi bagian...
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x