Dahulu kala dalam sebuah legenda masyarakat Sumatera Selatan khususnya dalam masyarakat suku Ogan terdapat cerita seorang pendekar yang sakti mandraguna, pendekar tersebut memiliki julukan Si Pahit Lidah yang bernama asli Serunting Sakti. Selain memiliki kemampuan kanuragan yang tinggi Si Pahit Lidah memiliki kesaktian bisa mengubah benda dan makhluk hidup menjadi patung batu secara seketika. Si Pahit Lidah mampu mengubah benda menjadi patung batu cukup dengan mengucap sumpah serapah dari mulutnya.
Si Pahit Lidah merupakan seorang pengelana dan sering melakukan perjalanan dari kampung satu ke kampung lainnya untuk mencari pengalaman dan sekaligus mengasah kemampuan kanuragan dan kesaktiannya. Dalam perjalanannya telah banyak ia menemui beragam jenis karakter manusia dari yang baik, buruk, hingga berprilaku sombong, beberapa diantaranya bernasib tidak baik karena termakan sumpah serapah oleh Si Pahit Lidah dan berakhir menjadi patung batu.
Kisah cerita rakyat ini sangat fenomenal dan pernah diangkat menjadi sebuah judul film layar lebar nasional pada tahun 1989 dengan judul “Si Pahit Lidah dan Si Mata Empat”. Diantara bukti kesaktian Si Pahit Lidah yang akhirnya menjadi sangat ikonik adalah Goa Putri. Goa yang menjadi saksi bisu kesaktian Si Pahit Lidah karena termakan sumpah serapah dan seorang putri cantik yang akhirnya juga berakhir menjadi batu.
Goa Putri adalah sebuah goa yang terletak di desa Padang Bindu, Kecamatan Semindang Aji, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Baturaja – Sumatera Selatan. Konon Goa Putri ini dahulunya adalah desa tempat tinggal sang putri yang akhirnya berubah menjadi batu karena sumpah dari Serunting Sakti. Pada saat itu setelah bertemu dengan Putri Dayang Merindu, Serunting Sakti melanjutkan perjalanan masuk ke dalam desa dan mendapati desa tersebut sepi tanpa penghuni seraya berujar “Sepi desa ini, sepi seperti goa” dan desa tersebut seketika berubah menjadi goa batu yang kini dinamai sebagai goa putri.
Putri Dayang Merindu sendiri merupakan seorang selir dari Prabu Amir Arsyid penguasa kerajaan Ogan. Pada saat itu ia sedang ingin mandi di muara sungai Semuhun dan disapa oleh Serunting Sakti, karena merasa tidak digubris oleh sang putri Serunting Saktipun berujar “Sombong nian putri ini, diam seperti batu” seketika itu juga sang putri berubah menjadi batu.
Goa Putri saat ini menjadi aset wisata yang banyak dikunjungi baik oleh masyarakat sekitar OKU dan Sumatera Selatan sendiri. Dikelola dengan baik oleh pemerintah setempat, hal ini terlihat dari adanya lampu penerangan didalam goa, serta jalan permanen yang dibangun untuk menelusuri sisi dalam dari goa tersebut. Goa putri juga menawarkan stalaktit dan stalagmit yang sangat indah untuk dinikmati.
Goa Putri yang terletak lebih kurang 35 kilometer dari pusat kota Baturaja ini, bisa menjadi pilihan tempat wisata yang unik untuk anda coba kunjungi jika anda sedang berkunjung ke kota Baturaja.